Sabtu, 07 Januari 2017

skripsi q



  BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.[1] Pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya arah atau tujuan yang akan dicapai. Tujuan pendidikan itu sendiri telah diatur di dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang merumuskan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan  kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.[2]
Pendidikan dalam Kurikulum 2013 mencakup pembelajaran sains seperti mata pelajaran IPA. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah dengan cara melibatkan siswa dalam penyelidikan dan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa yang lainnya. Siswa diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar dan bekerja ilmiah.[3]

Sains dalam pendidikan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi.  Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum yang terdapat dalam taksonomi bloom diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi.[4]
Pada penelitian ini, keterampilan berpikir yang dimaksud adalah keterampilan berargumentasi. Hasil temuan awal ini juga sesuai dengan temuan Sondang dan Muslim pada tahun 2012 yang menemukan bahwa sebagian besar siswa belum terampil dalam menuliskan argumentasi sains. Argumentasi yang dibuat oleh siswa lemah dalam menyertakan bukti dan dukungan yang dapat menjamin kebenaran dari klaim yang diajukan.
Gagasan pentingnya pembekalan keterampilan berargumentasi kepada siswa yaitu bahwa (1) keterampilan berargumentasi berperan penting dalam membangun suatu eksplanasi, model, dan teori dari suatu konsep yang dipelajari karena dengan melatihkan keterampilan berargumentasi berarti melatihkan kemampuan kognitif dan afektif yang dapat digunakan untuk membantu memahamkan konsep-konsep dan proses-proses dasar fisika (2) idealnya pembelajaran fisika selain membekalkan kemampuan kognitif juga harus membekalkan keterampilan berargumentasi kepada siswa.[5]   
Indrawati menyatakan bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi yang berorientasi penemuan atau penyelidikan menekankan pada bagaimana siswa berfikir dan dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi.[6] Hal tersebut dapat diartikan bahwa mata pelajaran Fisika bertujuan agar siswa memiliki keterampilan proses sains yang berguna untuk menguasai konsep-konsep fisika.
Mechling dan Oliver mengemukakan bahwa: Keterampilan-keterampilan proses yang diajarkan dalam pendidikan sains memberikan penekanan-penekanan pada keterampilan berpikir yang berkembang pada anak, sehingga anak dapat mempelajarinya dan ingin mengetahuinya.[7] Di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dikehidupan sehari-hari.[8] Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siwa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.[9]
Mata pelajaran fisika di MAN atau SMA berfungsi untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah, serta mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki ilmu pengetahuan alam dan teknologi, sedangkan tujuan pembelajaran FISIKA adalah untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan dan melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah. Di samping itu juga untuk meningkatkan kesadaran guna memelihara dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.[10]
Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses sebab akibat. Guru mengajar merupakan penyebab utama bagi terjadinya proses belajar siswa, meskipun tidak setiap perilaku belajar siswa merupakan akibat guru mengajar. Guru sebagai fitur sentral harus mampu menetapkan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong terjadinya perilaku belajar siswa yang efektif, produktif, dan efesien. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika adalah metode eksperimen.[11]
Metode eksperimen digunakan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada model pembelajaran pembangkit argumen, yaitu bahwa model pembelajaran pembangkit argumen tidak memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dapat lebih menguatkan penguasaan konsep siswa guna menunjang pembekalan keterampilan berargumentasi. Diharapkan melalui penggunaan metode eksperimen dalam model pembelajaran pembangkit argumen, kemampuan kognitif dan keterampilan berargumentasi. Siswa menjadi lebih meningkat dibanding­kan hanya menggunakan model pembelajaran pembangkit argumen tanpa menggunakan me­tode eksperimen.[12]
Salah satu sekolah yang ada di kota Palangkaraya adalah MAN MODEL Palangkaraya, terletak di jalan Tjilik riwut Km.4,5 kelas X terdiri dari 4 kelas, kelas XI terdiri 4 kelas dan XII terdiri 3 kelas jumlah guru mata pelajaran fisika berjumlah 2 orang serta mempunyai sarana dan prasarana yang cukup memadai, misalnya: ruang media, ruang komputer, ruang internet, perpustakaan, ruang keterampilan, dan laboratorium.  laboratorium IPA dengan alat–alat yang cukup  memadai. Berdasarkan observasi sementara di MAN MODEL Palangka Raya, proses pembelajaran yang diterapkan sebagian guru dalam menyampaikan materi pembelajaran adalah sangat sering dengan menggunakan metode ceramah, walaupun guru juga  menggunakan metode eksperimen siswa dan siswi tidak bisa memecahkan masalah yang diberikan serta pembelajaran hanya terfokus pada penjelasan guru saja atau dikenal dengan pembelajaran konvensional, Selama proses pembelajaran jarang menggunakan metode lain, siswa juga cenderung kurang kritis dan terampil dalam pembelajaran fisika, serta hanya sedikit siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu ditandai dengan sedikitnya siswa bertanya dalam pembelajaran yang dilakukan. Dari observasi ini dapat disimpulkan bahwa sekolah MAN MODEL Palangka Raya cocok untuk dijadikan objek penelitian ini karena sekolah tersebut memiliki permasalahan yang sama dengan permasalahan yang dipaparkan peneliti.
Berdasarkan hasil wawancara selanjutnya dengan salah satu guru Fisika di MAN Model Palangka Raya, pembelajaran Fisika di MAN tersebut sampai saat ini masih menggunakan metode ceramah khususnya, sedangkan keterampilan beragumentasi siswa kurang diperhatikan. Selain itu  juga, disebabkan saat pembelajaran yang diberikan jarang melaksanakan kegiatan percobaan pada proses pembelajarannya, se­hingga membuat proses pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa. Proses pembe­lajaran yang seperti ini menyebabkan konsep-konsep penting dalam fisika yang seharusnya mengajak siswa berpikir lebih dalam menjadi hilang. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masa­lah tersebut diperlukan suatu inovasi pembela­jaran yang dapat bermakna bagi siswa, serta dapat melatihkan ranah kognitif dan keterampi­lan berargumentasi kepada siswa. Inovasi ter­sebut yaitu dengan menerapkan model pem­belajaran pembangkit argumen menggunakan metode eksperimen.
Hasil wawancara lebih lanjut dengan guru fisika diperoleh nilai rata-rata praktikum dengan pemecahan permasalahan sendiri bagi siswa mata pelajaran fisika belum memuaskan yaitu sebesar 70, sedangkan standar yang ditetapkan oleh sekolah adalah 77.5. Nilai ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih dibawah KKM dan perlu ditingkatkan. [13]
Berdasarkan  uraian di atas Peneliti mencoba untuk menggunakan model pembangkit argumen dengan menggunakan metode eksperimen harapan setelah menggunakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan siswa. Penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit Argumen Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Terhadap Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Beragumentasi Siswa.












B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.        Apakah terdapat pengaruh dengan menggunakan model pembangkit argumen dengan metode eksperimen terhadap kemampuan kognitif  pada siswa kelas X MAN Model Palangkaraya tahun ajaran 2016/2017 materi pokok bahasan Alat – alat optik?
2.        Apakah terdapat pengaruh dengan menggunakan model pembangkit argumen dengan metode eksperimen terhadap keterampilan pada siswa kelas X MAN Model Palangkaraya tahun ajaran 2016/2017 materi pokok bahasan Alat – alat optik?

C.      Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.        Untuk mengetahui pengaruh kemampuan kognitif siswa setelah menggunakan model pembangkit argumen dengan metode eksperimen pada siswa kelas X MAN Model Palangkaraya tahun ajaran 2016/2017 materi pokok bahasan Alat – alat optik.
2.        Untuk mengetahui pengaruh kemampuan keterampilan beragumentasi siswa setelah menggunakan model pembangkit argumen dengan metode eksperimen pada siswa kelas X MAN Model Palangkaraya tahun ajaran 2016/2017 materi pokok bahasan Alat – alat optik.


D.      Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:
1.        Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah model pembangkit argumen dengan metode eksperimen.
2.        Materi pelajaran fisika kelas X semester II hanya pada materi pokok alat-alat optik
3.    Hasil belajar siswa yang diukur hanya dari ranah kognitif.
4.    Keterampilan beragumentasi siswa.
5.    Peneliti sebagai pengajar.
6.    Objek penelitian adalah siswa kelas pada siswa kelas X semester II MAN Model Palangka Raya.






[1] Trianto, Mendesain model pembelajaran Inovatif – Progresif : konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), Jakarta : Kencana, 2010, h. 1.
[2] Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. Undang – undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Jakarta : Depag RI, 2006. h. 8.
[3] Siti Zubaidah dkk, Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, h. 58.
[4] Trianto, Model pembelajaran terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h.142.
[5]http://download.portalgaruda.org/article.php?article=305938&val=5648&title=PENERAPAN %20MODEL%20PEMBELAJARAN%20PEMBANGKIT%20ARGUMEN%20MENGGUNAKAN%20METODE%20SAINTIFIK%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20KEMAMPUAN%20KOGNITIF%20DAN%20KETERAMPILAN%20BERARGUMENTASI%20SISWA
[6]  Uus Toharudin dkk, Membangun Literasi SAINS, Jakarta:Humaniora, 2011, h. 165.
[7] Eko Yuli Setiawan, Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Gelombang Siswa SMP, h. 2, Skripsi.
[8]  Suharto, Panduan Pengajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Palajaran  Fisika untuk SMA dan MA, Jakarta: CV. Irfandi Putra, 2003. hal 1.
[9] Ibid,. h 1.
[10] Departemen Pendidikan Nasional , Ilmu Pengetahuan Alam:Jakarta,2005, hal 3-4.
[11] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2002, h.95.

[12]http://download.portalgaruda.org/article.php?article=305938&val=5648&title=PENERAPAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20PEMBANGKIT%20ARGUMEN%20MENGGUNAKAN%20METODE%20SAINTIFIK%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20KEMAMPUAN%20KOGNITIF%20DAN%20KETERAMPILAN%20BERARGUMENTASI%
[13] Wawancara dengan bapak Aris Sutikno guru mata pelajaran fisika IPA saat di MAN MODEL Palangkaraya, rabu 30 April 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar