Tugas Kelompok
FISIKA KUANTUM
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Fisika Kuantum
Dosen:
Hadma Yuliany.
Disusun
Oleh :
Kelompok II
Alpiana (1301130297)
Ana Kurniati
(1301130306)
Elfi Lailatul Badriyah (1301130293)
Hartini (1301130302)
PRODI
TADRIS FISIKA JURUSAN MIPA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) PALANGKA RAYA
TAHUN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Puji syukur
kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan
umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini berisikan materi mengenai Fisika Kuantum. Dengan adanya penjelasan tentang hal tersebut dalam
pembahasan makalah ini. Diharapkan kepada para pembaca agar dapat lebih
memahami materi tersebut dengan baik.
Seperti pepatah, “tiada gading yang tak retak”.
Karena Kebenaran dan Kesempurnaan hanya milik Allah yang Maha Kuasa. Sekiranya
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
|
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mekanika kuantum merupakan paradigma sains
revolusioner yang tidak terlepas dari teori-teori atom periode sebelumnya.
Mekanika kuantum merupakan cabang dari fisika dasar yang mempelajari perilaku
materi dan energi pada skala atomik dan partikel-partikel subatomik atau
gelombang sebagai bentuk revolusi dari fisika klasik. Dasar teori mekanika
kuantum adalah energi yang tidak kontinyu. Hal ini bertentangan dengan fisika
klasik yang berasumsi bahwa energi itu berkesinambungan. Pengembangan mekanika
kuantum dimulai abad 20, dimana perumusan-perumusan mekanika klasik tidak mampu
menjelaskan gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskopis dan bergerak dengan
kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Oleh karena itu, diperlukan cara
pandang yang berbeda dengan sebelumnya dalam menjelaskan gejala fisika
tersebut. Fisika kuantum diawali oleh hipotesa Planck yang menyatakan bahwa besaran
energi suatu benda yang beosilasi (osilator) tidak lagi bersifat kontinu, namun
bersifat diskrit (kuanta), sehingga muncullah istilah mekanika kuantum dan
ditemukannya konsep dualisme partikel-gelombang yang dipostulatkan oleh Louis
De Broglie sebagai bentuk perbaikan dari kelemahan teori atom Niels Henrik
David Bohr, kemudian dilanjutkan dengan persamaan Heissenbergh dan asas
ketidakpastian Heissenbergh, serta persamaan Schrodinger. Perkembangan teori
atom menunjukkan adanya perubahan konsep susunan atom dan difraksi elektron.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun dalam pembahasan kali ini dengan perumusan
masalah sebagai berikut:
- Bagaimana penjelasan materi ketidakpastian Heisen Berg ?
2.
Bagaimana penjelasan teori Bohr?
3.
Bagaimana penjelasan materi Difraksi Elektron?
C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan dalam pembahasan kali ini dengan
mengacu pada perumusan masalah sebagai berikut:
- Mengetahui penjelasan materi ketidakpastian Heisen Berg.
2.
Mengetahui penjelasan teori Bohr.
3.
Mengetahui penjelasan materi Difraksi Elektron.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KETIDAKPASTIAN
HEISENBERG
1. HUBUNGAN KETIDAKPASTIAN HEISENBERG
Dengan
menggunakan hubungan mendasar deBroglie p
= bersama
dengan pernyataan k = di dapatkan p= , yang mengaitkan momentum sebuah partikel dengan
bilangan gelombang dari gelombang deBroglie-nya. Gabungan sering sekali muncul dalam mekanika gelombang, maka
untuknya diberikan lambang khusus (“h coret”)
= = 1,05 J.s
= 6,58 eV.s
Dengan menggunakan , maka
p = k (1.1)
sehingga = . Dengan demikian, dari hubungan ketidakpastian,
diperoleh (1.2)
penulisan
tikalas x pada momentum adalah untuk mengingatkan bahwa (4.6) berlaku
bagi gerak sepanjang suatu arah tertentu, yang menyatakan ketidakpastian dalam
kedudukan dan momentum hanya pada arah tersebut. Hubungan serupa yang tidak
bergantung dapat diterapkan pada arah-arah lainnya; jadi berlaku y . Kennet Krane(1992:238).
Hubungan deBroglie E = h dapat
dituliskan sebagai E = . Jadi, = , sehingga
hubungan ketidakpastian menjadi
E t (1.3)
Persamaan (1.2) dan (1.3) dikenal sebagai hubungan
ketidakpastian Heisenberg, yang adalah pernyataan matematis dari asas
ketidakpastian Heisenberg. Asas ini mengatakan bahwa tidak ada satupun
percobaan yang dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga memberikan
ketidakpastian di bawah batas-batas yang diungkapkan dalam persamaan (1.2) dan
(1.3). Kennet Krane(1992:240).
Hubungan-hubungan ini memberikan suatu taksiran
ketidakpastian minimum yang dapat diperoleh dari beraneka percobaan; pengukuran
kedudukan dan momentum sebuah partikel akan memberikan sebaran nilai selebar dan . Ketidakpastian dan yang sebenarnya
bergantung pada distribusi bilangan gelombangnya (panjang gelombang) yang
digunakan untuk membatasi gelombang pada daerah (selang) ; distribusi yang lebih rapi memberikan = , sedangkan distribusi lainnya lainnya akan memberikan
, untuk menentukan momentum secara teliti, dapat
dilakukan pengukuran sepanjang jarak ; apabila membatasi sebuah partikel pada suatu bagian
ruang (selang) yang kecil,
maka akan kehilangan kemampuan untuk mengukur momentumnya secara teliti. Untuk
mengukur suatu energi dengan ketidakpastian yang kecil, diperlukan selang waktu
pengukuran t yang lama; jika sebuah partikel yang tercipta hadir
(hidup) dalam selang waktu yang singkat, maka ketidakpastian eneginya akan
menjadi besar. Kennet Krane(1992:240-242)
2. PRINSIP
KETIDAK PASTIAN HEISENBERG
Dari
sifat materi sebagai gelombang dapat dilihat adanya hubungan langsung antara
penentuan posisi dan momentum secara mikroskopik, yaitu tidak dapat menentukan
secara eksak posisi dan momentum yang diukur secara serentak. Besarnya
ketidakpastian hasil pengukuran secara srentak momentum dan posisi disebut
prinsip ketidak pastian Heisenberg. (Suparmi(2013:53). Untuk mendemonstrasikan
adanya prinsip ketidakpastian, dilihat dari paket gelombang
(x, t) = 2c () exp (1.4)
Paket gelombang pada pers (1.4) diilustrasikan
seperti pada gambar 1.4
Gambar 3.6 Rapat Probalititas dari paket
gelombang pada pers.(3.17a)pada saat t=0
Ekstensi dari gelombang group ditunjukkan
dengan yaitu jarak dari minimum pertama ke titik maksimum.
Dan besarnya rapat probabilitas pada titik minimum adalah nol,
= 0 (3.62)
Bila =
Sin = 0= sin n
Maka diperoleh harga ketidakpastian untuk
minimum pertama n = 1
Dengan memasukkan harga momentum menurut de
Broglie dapat diperoleh estimasi ketidakpastian . Suparmi(2013:54).
Prinsip ketidakpastian Heisenberg sebagai
konsekuensi sifat materi sebagai gelombang, hal ini berarti bahwa gelombang
sebagai medan pemandu dari partikel. Dengan menggunakan prinsip superposisi
probabilitas medan adalah paduan paket gelombang dari gelombang-gelombang yang
mempunyai momentum yang definit (gelombang bidang).
Partikel yang dipandu oleh paket gelombang
dapat ditemukan dengan kebolehjadian yang cukup tinggi dalam rentang karena partikel
terlokalisasi dalam rentang . Untuk lokalisasi partikel dalam tersebut,
diperlukan sejumlah besar paket gelombang yang mempunyai momentum mendekati yaitu momentum
dari paket gelombang yang lebarnya . Untuk menjabarkan prinsip ketidakpastian, perlu
didefinisikan lebih dahulu sebuah ukuran deviasi (simpangan) atau x terhadap
nilai reratanya, atau ,
= dan kuadrat deviasi
= =
Untuk posisi x
= dan
Untuk momentum. Suparmi(2013:55).
Pada
pembahasan penjabaran prinsip ketidakpastian dipilih sistem koordinat hingga
titik awal koordinat adalah titik tetap yang berimpit dengan titik = yang merupakan
pusat dari distribusi partikel, maka di set sama
dengan nol, karena kedua titik yang berimpit tersebut selalu bergerak bersama
maka kecepatan pusat distribusi partikel = = juga sama
dengan nol.untuk menciptakan hubungan antara besaran dan , apabila ditinjau dari bentuk integral dari kuadrat
suatu fungsi yang mencakup operator posisi x dan operator momentum , yaitu
(1.5)
Fungsi dalam integral pada pers.((1.5) merupakan
fungsi kuadrat, maka harga selalu positif
atau sama dengan nol. Penyelesaian integral pada pers. (1.5) dapat dilakukan
dengan menguraikan bentuk kuadrat dari fungsi menjadi
= + (1.6)
A =
B = -
= -x (1.7)
C =
= (1.8)
Dan (1.9)
Pertidaksamaan kuadrat pada pers. (1.9) selalu
beharga positif atau nol, maka harga diskriminan dari persamaan kuadrat dengan
variable tersebut harus
kurang dari nol atau nol,
D= (1.10)
Maka akar-akar dari pers. Kuadrat tersebut
merupakan bilangan kompleks.
Kemudian hasil perhitungan pada pers. (1.5)
(1.6) (1.7) dan (1.8) dimasukkan kedalam pers. (1.4) dan menggunakan kondisi
pers (1.10) diperoleh
1.4 (1.11)
Beberapa
contoh ilustrasi prinsip ketidakpastian Heisenberg pada pengukuran serentak
antara posisi dan momentum yang tak akan mungkin memberikan menghasilkan kedua
pengukuran secara tepat. Suparmi(2013:56).
B. TEORI BOHR
1. TEORI BOHR
Teori
masuk akal yang pertama tentang struktur electron dalam atom diajukan pada
tahun 1914 oleh Neils Bohr (1885-1962), seorang ahli fisika Denmark. Untuk
menjelaskan spectrum Hidrogen, ia mengusulkan bahwa dalam setiap atom hydrogen,
electron mengelilingi inti dalam satu atau beberapa orbit melingkar yang
mungkin, masing-masing mempunyai jejari tertentu yang berkaitan dengan energy
electron itu. Electron pada orbit yang paling dekat dengan inti memiliki energy
paling rendah. Dengan elektrn pada orbit itu, atom dikatakan berada pada
keadaan energy terendah, atau keadaan dasar (ground state). Jika
sejumlah tertentu energy tambahan diserap oleh atom dengan cara tertentu,
electron mampu pindah ke orbit lain yang energinya lebih tinggi. Atom hidrogen
itu kemudian berada dalam keadaan tereksitasi (excited state). Suatu
atom dalam keadaan tereksitasi akan kembali ke keadaan dasar dan melepas
kelebihan energinya sebagai cahaya dalam prosesnya. Ronal Cautreau dan
William Savin (2006:85)
Sewaktu
kembali ke keadaan dasar, energy dapat dilepas sekaligus, atau dilepas secara
bertahap (tetapi tidak secara kontinu) ketika electron jatuh dari orbit yang
lebih tinggi yang diperbolehkan ke orbit yang energinya semakin rendah.
Berhubung setiap orbit berkaitan dengan tingkat energi tertentu, maka energy
cahaya yang dipancarkan akan berkaitan dengan selisih energi di antara
tingkat-tingkat itu. Jadi, cahaya yang dipancarkan sewaktu atom kembali ke
keadaan dasar akan memiliki energy tertentu atau seperangkat energi tertentu.
Jumlah diskret energy yang dipancarkan atau diserap oleh suatu atom atau
molekul disebut kuanta (tunggal, kuantum). Satu kuantum energy
cahaya disebut foton.
Panjang
gelombang satu foton, yaitu satu kuantum cahaya berbanding terbalik dengan
energi cahaya itu, dan bila cahaya diamati melalui spektroskop, akan terlhat
garis-garis dengan warna, yang berkaitan dengan berbagai panjang gelombang.
Asal muasal dari bagian sinar tampak dari spectrum hidrogen ditunjukkan secara
skematik. Ronal Cautreau dan William Savin (2006:87)
Gagasan
asli Bohr mengenai orbit dengan jejari diskret sudah sangat banyak
dimodifikasi, tetapi konsep bahwa electron dalam atom hidrogen menempati
tingkat energi tertentu masih berlaku. Berdasarkan perhitungan dapat dikatakan
bahwa electron pada tingkat energy yang lebih tinggi secara rerata jaraknya
lebih jauh dari inti dibandingkan dengan jarak ke electron yang sangat tinggi
energinya lebih rendah. Tingkat energy yang berurutan ini biasa disebut kulit
electron. Istilah tingkat energy dan kulit dapat
dipertukarkan. Kulit kadang-kadang ditulis dengan huruf capital, dengan K
menyatakan tingkat terendah, sebagai berikut:
Tingkat
energy 1 2 3 4 5 ………
Notasi
kulit K L M N O ………
Elektron dalam atom selain hydrogen juga
menempati berbagai tingkat energi. Dengan lebih dari satu electron dalam setiap
atom, pertanyaan tentang berapa banyak electron yang dapat menempati satu
tingkat tertentu menjadi penting. Jumlah maksimum electron yang dapat menempati
satu kulit tertentu bergantung pada nomor kulit. Misalnya, dalam atom apapun,
kulit pertama dapat berisi maksimum hanya 2 elektron, kulit kedua hanya berisi
maksimum 8 elektron, kulit ketiga dapat berisi maksimum 18 elektron, dan
seterusnya. Dengan demikian, jumlah maksimum electron yang dapat menempati
kulit tertentu adalah 2n2, dengan n adalah nomor
kulit. Ronal Cautreau dan William Savin (2006:86)
Bohr mengemukakan bahwa atom ternyata mirip system planet mini,
dengan elektron-elektron mengedari inti atom seperti halnya
planet-planet mengedari matahari. Dengan alasan yang sama bahwa system tata
surya tidak runtuh karena tarikan gravitasi antara matahari dan tiap planet,
atom juga tidak runtuh karena tarikan elektrostatik Coulomb antara inti atom
dan tiap elektron. Dalam kedua kasus ini, gaya tarik berperan memberikan
percepatan sentripetal yang dibutuhkan untuk mempertahankan gerak edar. Untuk
sederhananya, kita tinjau atom hidrogen, yang terdiri dari satu elektron yang
mengedari sebuah inti atom dengan bermuatan positif satuan, seperti pada
gambar. Jari-jari orbit lingkarannya adalah dan elektron,
(bermassa ) bergerak dengan laju singgung tetap . Gaya tarik Coulomb berperan memberikan
percepatan sentripetal , jadi
Dengan mengutak-atik persamaan ini, kita dapat
memperoleh energy kinetic electron (dengan anggapan inti atom diam-tinjauan
mengenai hal ini menyusul kemudian). Kennet Krane(1992:244)
Energy potensial system electron-inti ini
adalah energy potensial Coulomb:
Dengan demikian, energy total system adalah:
Sejauh ini, kita telah mengabaikan salah satu
kesulitan utama yang berhubungan dengan model ini. Fisika klasik meramalkan
bahwa sebuah muatan elektrik yang mengalami percepatan, seperti electron yang
mengorbit dalam model ini, harus meradiasikan energy electron magnet secara
kontinu. Ketika energi ini dipancarkan, energi totalnya menurun, dan elektron
berspiral menuju inti atom sehingga atom akhirnya runtuh. Untuk mengatasi
kesulitan ini, Bohr mengusulkan gagasan keadaan “mantap stasioner”—yaitu
keadaan gerak tertentu dalam mana electron tidak meradiasikan energi
electromagnet. Dari sini Bohr menyimpulkan bahwa dalam keadaan ini momentum
sudut orbital electron bernilai kelipatan bulat dari vector momentum sudut
dalam fisika klasik didefinisikan sebagai l = r x p. Untuk
momentum sudut elektron yang beredar mengelilingi inti atom, r tegak
lurus p, sehingga kita dapat menyederhanakannya menjadi . Jadi postulat Bohr adalah:
Dimana n adalah sebuah bilangan bulat (n
= 1,2,3 …). Dengan menggunakan penyataan ini dan hubungan ( ) bagi energy
kinetic,
Kita peroleh deretan nilai jari-jari r yang diperkenankan, yakni :
Dimana didefinisikan Jari-jari Bohr ao
Kennet
Krane(1992:244-245)
Hasil
penting ini ternyata berbeda sekali dari yang kita perkirakan menurut fisika
klasik. Sebuah satelit dapat ditempatkan dalam orbit bumi pada sebarang
jari-jari orbit dengan mendorongnya ke ketinggian memadai dan kemudian
memberikannya laju singgung yang tepat. Sedangkan bagi orbit electron, hal ini
tak berlaku—karena hanya jari-jari orbit tertentu sajalah yang diperkenankan
oleh model Bohr. Jari-jari orbit electron hanya dapat bernilai dan seterusnya, tidak pernah bernilai atau . Dengan menggabungkan pernyataan r yang kita peroleh di atas dengan
persamaan ( 1.12), kita peroleh
Jelas n pada energy E mencirikan tingkat
energi. Dengan menghitung semua nilai tetapannya, kita peroleh:
Semua tingkat energi ini ditunjukkan
secara skematis pada gambar . Jadi, energy electron terkuantisasikan—artinya,
hanyalah nilai-nilai energy tertentu yang diperkenankan, dengan n = 1,
electron memiliki energi E1 = - 13,6 eV dan beredar dengan
jari-jari edar sebesar 0,0529 nm. Ini adalah keadaan dasar. Semua
keadaan yang lebih tinggi (n = 2 dengan E2 = - 3,4 eV, n =
3 dengan E3 = - 1,5 eV, dan seterusnya) adalah keadaan
eksitasi. Kennet Krane(1992:246)
Apabila elektron dan inti atom terpisah jauh
sekali, yaitu untuk maka
kita peroleh . Jadi kita dapat memulai dengan electron dan inti
atom yang berjarak pisah tak hingga dan kemudian elektronnya kita dekatkan ke
inti hingga ia berada pada garis edar dalam suatu keadaan tertentu . Karena keadaan ini memiliki energy yang lebih
kecil daripada energy awal maka kita “peroleh” tambahan jumlah energy sebesar . Sebaliknya, jika kita memiliki sebuah electron dalam
keadaan , maka elektronnya dapat kita bebaskan dari “intinya”
dengan memasok energy sebesar . Energy ini dikenal sebagai energy ikat keadaan . Jika energy yang kita pasok pada electron itu
melebihi , maka kelebihan energy ini akan muncul sebagai energy
kinetic electron yang kini telah bebas.
Energy eksitasi suatu keadaan eksitasi adalah energy di atas keadaan dasar, . Jadi, keadaan eksitasi pertama (memiliki energy eksitasi sebesar -3,4 eV - atau 10,2 eV, keadaan eksitasi kedua memiliki energy
eksitasi 12,1 eV dan seterusnya. Kennet Krane(1992:246)
Bahasan kita tentang berbagai spectrum pancar
dan serap atom hydrogen, dan model Bohr di atas tidaklah lengkap tanpa
pemahaman mengenai terjadinya semua spectrum ini. Bohr mempostulatkan bahwa
meskipun electron tidak memancarkan radiasi electromagnet ketika beredar pada
suatu tingkat tertentu, ia dapat berpindah dari satu tingkat ke tingkat lain
yang lebih rendah. Pada tingkat yang lebih rendah, energy yang dimiliki
electron lebih rendah daripada ditingkat sebelumnya. Beda energy ini muncul
sebagai sebuah kuantum radiasi berenergi yang sama besar
dengan beda energy antara kedua tingkat tersebut. Artinya, jika electron
melompat dari ke .
Atau
Jadi,
panjang gelombang radiasi yang dipancarkan adalah
Tetapan
yang disebut Rydberg bernilai 1,0973731 x 10-7 m-1.
Kedua
nilai panjang gelombang ini dekat sekali dengan kedua panjang gelombang
terpanjang deret Balmer. Dan memang, jika kita menghitung panjang gelombang
untuk berbagai transisi dari ke = 2 kita dapati
Ini
identik dengan pers(6.26) bagi deret Balmer. Jadi kita melihat bahwa semua
transisi yang dicirikan sebagai deret Balmer adalah yang dari semua tingkat
lebih tinggi ke tingkat n=2. Pencirian serupa dapat pula dilakukan bagi deret
transisi lainnya. Kennet Krane(1992:246)
Rumus
Bohr juga menerangkan asas gabungan Ritz, yang mengatakan frekuensi ketiga
lainnya dalam spectrum tersebut. Marilah kita tinjau transisi dari suatu
keadaan n3 ke keadaan n2 yang kemudian disusul dengan
transisi dari n2 ke n1. Dengan menggunakan persamaan
(6.39) bagi kasus ini, diperoleh:
Tetapi
ini adalah tak lain daripada frekuensi sebuah foton yang dipancarkan dalam
transisi langsung dari n3 ke n1, jadi :
Dengan
demikian model Bohr taat asas gabungan Ritz. (Karena frekuensi dari sebuah
foton yang dipancarkan berhubungan dengan energinya melalui hubungan E=hv, maka
penjumlahan frekuensi di atas sama dengan penjumlahan energy. Dengan demikian
kita dapat menyatakan kembali asas gabungan Ritz dalam ungkapan energy. Energy
sebuah foton yang dipancarkan dalam transisi dari suatu tingkat ke tingkat lain
dengan melewati satu atau beberapa tingkat antara adalah sama dengan jumlah
energy transisi bertahap dari masing-masing tingkat yang berurutan.
Terakhir,
kita uju bagaimana model Bohr membantu kita untuk memahami mengapa spectrum
serap tidak mengandung semua garis yang terdapat dalam spectrum pancar. Tinjau
atom hydrogen pada keadaan dasarnya, dengan electron berada pada tingkat n=1.
Misalkan atom hydrogen ini kemudian disinari dengan berkas foton dengan rentang
energy kontinu. Jika atomnya ditembaki dengan foton berenergi 13,6 eV, fotonya
akan diserap atom, dengan hasil pelepasan satu electron menjadi bebas. Atom
pada keadaan dasar juga dapat menyerap foton berenergi 10,2 eV, yang berkaitan
dengan beda energy antara tingkat n=1 dan n=2. Pada proses penyerapan ini, atom
tereksitasi ketingkat n=2, dan kemudian meluruh dengan cepat kembali ke keadaan
dasar. Jika kita menyinari sebuah tabung berisi gas hydrogen dengan seberkas
foton dengan sebaran energy kontinu, berkas transmisinya akan memperlihatkan
intensitas lemah pada beberapa energy tertentu, diantaranya pada E = 10,2 eV
dan 13,6 eV. Karena tingkat n = 2 tidak ditempati cukup lama oleh electron
sehingga electron tidak sempat menyerap foton lain untuk dapat bertransisi
selanjutnya untuk naik ke tingkat n=3. Dengan demikian, spectrum serap tidak
memperlihatkan garis yang berkaitan dengan transisi ke n = 2 ke n=3 (yan tentu
saja adalah panjang gelombang terpanjang deret Balmer). Kennet Krane
(1992:247).
Jadi, dapatlah kita simpulkan bahwa spectrum serap hanya mengandung
transisi-transisi ke tingkat n =1.
Kesesuaian
yang cukup baik antara nilai-nilai perhitungan kita dengan data percobaan ini
agaknya suatu kebetulan, kerana kita sebenarnya melakukan dua kesalahan.
Kesalahan pertama adalah yang berkaitan dengan massa berhingga dari inti atom,
factor ini telah kita abaikan. Electron bukannya mengedari inti atom, melainkan
bersama-sama dengan inti atom, keduanya bersama-sama mengedari pusat massa
mereka berdua. Kerana massa inti adalah sekitar 2000 kali lebih massa electron,
pusat massa ini letaknya dekat ke inti atom. Dengan demikian energy kinetic
harus pula mengandung suku tambahan yang berasal dari gerak inti atom, dan
pengaruhnya adalah menurunkan tetapan Rydberg dari nilai (disebut demikian karena nilai
ini adalah benar jika M adalah massa inti atom. Pengaruh ini cenderung
pula menaikkan nilai panjang panjang gelombang hasil perhitungan. Kesalahan
kedua yang kita lakukan adalah dalam mengubah frekuensi ke dalam panjang
gelombang. Frekuensi foton yang dipancarkan sama dengan beda energy antara
tingkat-tingkat energy atom; untuk menghitung panjang gelombangnya, kita
gunakan pernyataan yang hanyalah benar dalam ruang
hampa. Karena percobaannya biasa dilakukan dalam laboratorium berudara, maka
pernyataan benarnya adalah disini Vudara adalah
laju cahaya dalam udara, yang nilainya sama dengan c/1,0003. Koreksi ini turut
pula sedikit menurunkan panjang gelombang hasil perhitungan. Jadi, kedua
kesalahan yang kita lakukan di atas saling mengimbangi hingga suatu batas
ketelitian tertentu. Kennet Krane (1992:247).
Prosedur yang kita gunakan untuk memperoleh
teori Bohr bagi atom hydrogen, dapat pula digunakan bagi semua atom berelektron
tunggal, yang muatan ini atomnya dapat lebih besar daripada muatan satuan.
Sebagai contoh, kita dapat menghitung semua tingkat energy ion helium
terionisasi sekali (atom helium tanpa satu electron lainnya), ion litium
terionisasi dua kali, dan seterusnya.
Dengan
meninjau ulang penurunan teori Bohr, kita dapati bahwa muatan inti atom hanya
muncul pada satu tempat, yakni dalam pernyataan bagi gaya elektrostatik antara
inti atom dan electron, pers (6.28). jika muatan inti atom adalah Ze, gaya
Coulomb yang bekerja pada electron adalah:
Jadi,
factor semula, kini diganti dengan Ze2. Dengan melakukan penyisipan
ini pada hasil akhir, kita dapati bahwa jari-jari edar yang diperkenankan
adalah:
Dan
energynya menjadi:
Jadi,
garis edar pada atom dengan nilai Z yang lebih tinggi, letaknya lebih dekat ke
inti atom, dan memiliki energy yang lebih (negatif);
yang berarti bahwa elektronnya terikat lebih kuat pada inti atomnya. Kennet
Krane (1992:248).
Pada
tahun 1908 Geiger dan Marsden melakukan percobaan hamburan partikel x oleh foil
tipis menunjukkan sudut hamburan yang besar, yang mana eksperimen ini
berlawanan dengan model atom Thomson, dan electron tertanam secara homogeny
dalam disbutri muatan positif yang kontinu. Rutherford mengusulkan
model atom bahwa muatan positif terkonsentrasi pada pusat atom dan ukurannya
sangat kecil dibandingkan dengan dimensi atom dan disebut inti. Electron
ditarik oleh inti dengan gaya sebanding dengan dan bergerak
atau getar secara periodic. Model atom Rutherford ini tidak dapat menjelaskan
adanya spectrum yang dipancarkan oleh atom yang panas yaitu,
Namun
model yang diusulkan ini juga mempunyai kelemahan karena electron bergerak
mengelilingi inti dengan percepatan maka yang
dipercepat secara terus menerus ini tidak stabil karena akan memancarkan
gelombang EM yang lam kelamaan dapat jatuh
ke inti. Suparmi (2013: 221)
Setelah
dua tahun teori ini diusulkan, dalam tahun 1913 mengajukan serangkaian postulat
yang secara terus menerus dikaji sehingga akhirnya postulat yang dapat
menjelaskan spectrum yang dipancarkan atom tidak berakar dari fisika klasik.
Postulat-postulat yang diusulkan Bohr antara lain :
1.
Elektron
yang mengorbit inti memenuhi persyaratan bahwa dengan , yang mana kemudian akan ditunjukkan bahwa h adalah
tetapan Planck, h = 1,0545 x 10-27 erg sekon, maka untuk electron
yang bergerak dalam lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari r yang
mengelilingi inti dengan kecepatan v maka besarnya momentum sudut electron
dinyatakan sebagai
……………………………………………………(1.17)
dalam
kondisi ini walaupun electron dipercepat
tetapi tidak memancarkan energy dan electron berada dalam keadaan stasioner.
2.
Electron
dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan lain dan perubahan energy yang
dialami electron dapat menyebabkan timbulnya radiasi dengan frekuensi …………………………............................................(1.18)
Bila
sebuah atom menyerap radiasi maka electron akan berpindah ke orbit yang
energinya lebih tinggi.
Konsekuensi
dari postulat di atas dapat diterapkan secara sederhana pad atom hydrogen dan
atom lain sejenis hydrogen yang nomor atomnya Z dan dengan menganggap bahwa
massa inti sangat besar, maka gaya Coulomb diimbangi oleh gaya sentripetal
yaitu gaya tarik inti terhadap electron yang mengorbit dalam lintasan lingkaran
sebagai berikut:
………………………………………………..(1.19)
Bila
pers.(2.14) dimasukkan ke pers (2.16) dapat diperoleh:
,
dan …………………………………………...(1.20)
besarnya
energy total electron yang merupakan jumlah total energy konetik dan potensial
yang dinyatakan sebagai:
…………………………….(1.21)
Pers (1.21)ini
cocok dengan persamaan panjang gelombang radiasi yang dipancarkan oleh suatu
atom yang dipostulatkan sebelumnya pada pers (1.15). Seperti telah kita ketahui
bahwa
………………………………………………….(1.22)
Dengan
memasukkan pers (1.22) ke dalam pers (1.18) diperoleh
………………………………………………...(1.23)
Dari
pers. Yang dijabarkan diatas walaupun konsep fisika klasik tidak dapat
menjelaskan radiasi yang dipancarkan atom namun beberapa konsep fisika klasik
tetap digunakan dengan kondisi bila ukuran benda yang bersifat mikro menjadi
besar sekali, seperti contohnya massa inti sangat besar sehingga tetap
mempertahankan electron untuk mengorbit inti secara terus-menerus. Suparmi (2013: 222-2323)
Postulat
pertama yang diusulkan Bohr kemudian dikenal sebagai aturan kuantisasi Bohr
untuk momentum sudut ;
,
Untuk
mempermudah dalam penggunaan selanjutnya, dapat didefinisikan suatu konstanta
yang disebut sebagai konstanta struktur atom sebagai :
Dan
besarnya kecepatan yang mengorbit inti, jari-jari lintasan dan energy dapat
dinyatakan sebagai berikut :
,
dan ………………............................................(1.25)
Keberhasilan
teori yang diusulkan oleh Bohr untuk atom-atom sejenis atom Hydrogen mendorong
dilakukan riset lebih jauh mengenai atom model Bohr. Walaupun teori Bohr luar
biasa, namun teori ini hanya berlaku dalam kondisi yang terbatas yaitu system
periodik. Hasil riset lebih lanjut yang dilakukan oleh Sommerfeld dan Wilson
unruk system periodik (system partikel yang terkungkung dalam medan potensial
tertentu) memberikan hasil yang berlaku lebih umum untuk aturan kuantisasi
sebagai
………………………………………………….(1.26)
Yang
mana p adalah momentum yang dinyatakan dalam koordinat q. seperti
pada fisika klasik, besarnya momentum linear
Dimana
adalah energy total suatu partikel, missal untuk dinyatakan pada pers. (2.22) dan adalah energy potensial dari partikel. Suparmi (2013: 224)
C. DIFRAKSI ELEKTRON
1. DIFRAKSI ELEKTRON
Difraksi elektron
dan percobaan Davisson-Germer adalah percobaan yang menampilkan sifat gelombang
dari partikel. Percobaan pertama untuk mengamati difraksi dilakukan oleh CJ.Davisson dan L.H Germer di Bell Telephone Laboratories
meyakinkan hipotesis de
Broglie dengan menunjukkan berkas elektron terdifraksi jika berkas
itu dihamburkan oleh kisi (segi empat kecil) atom yang teratur dari suatu
kristal. Sebelum mengetahui bagaimana mekanisme percobaan Davisson-Germer
terlebih dahulu kita pahami apa itu difraksi dan elektron.
Secara umum, Difraksi Elektron adalah
peristiwa penyebaran atau pembelokan cahaya pada saat melintas melalui celah
atau ujung penghalang. Difraksi merupakan metode yang unggul untuk memahami apa
yang terjadi pada level atomis dari suatu material kristalin. Sinar X, elektron
dan neutron memiliki panjang gelombang yang sebanding dengan dimensi atomik
sehingga radiasi sinar tersebut sangat cocok untuk menginvestigasi (penyelidikan
dan penelitian tentang suatu masalah dengan cara mengumpulkan data di lapangan)
material kristalin. Teknik difraksi mengeksploitasi (mengusahakan) radiasi yang
terpantul dari berbagai sumber seperti atom dan kelompok atom dalam kristal.
Elektron adalah partikel sub atom yang
bermuatan negatif dan umumnya ditulis sebagai e-. Elektron tidak memiliki
komponen dasar atau pun substruktur apa pun yang diketahui, sehingga ia
dipercayai sebagai partikel elementer. Elektron memiliki massa sekitar 1/1836
massa proton. Giancoli C.Douglas(2001:306)
2. Eksperimen Difraksi Elektron oleh Davisson
dan Germer
Bentuk kisi yang dapat mendifraksikan elektron
yaitu kisi yang memiliki keteraturan dan tersusun secara periodik, seperti
halnya kisi pada Kristal. Berkas sinar monokromatik yang jatuh pada sebuah
Kristal akan dihamburkan ke segala arah, akan tetapi karena keteraturan letak
atom-atom, pada arah tertentu gelombang hambur itu akan berinterferensi
konstruktif sedangkan yang lainnya berinterferensi destruktif.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas syarat
terjadinya difraksi adalah apabila panjang gelombang sinar sama dengan lebar
celah/kisi difraksi dan perilaku gelombang ditunjukkan oleh beberapa gejala
fisis, seperti interferensi dan difraksi. Namun manifestasi gelombang yang
tidak mempunyai analogi dalam perilaku partikel newtonian adalah gejala
difraksi.
Davisson
dan Germer mempelajari elektron yang terhambur oleh Kristal dengan menggunakan
peralatan. Dengan mengamati energi elektron dalam berkas primer, sudut jatuhnya
pada target, dan kedudukan detektor dapat diubah-ubah. Fisika klasik meramalkan
bahwa elektron yang terhambur akan muncul dalam berbagai arah, dengan hanya
sedikit kebergantungan dari intensitas terhadap sudut hambur dan lebih sedikit
lagi dari energi elektron primer. Ronal Cautreau dan William Savin
(2006:117)
Manifestasi gelombang yang tidak mempunyai analogi
dalam kelakuan partikel Newtonian ialah gejala difraksi. Dalam tahun 1927
Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan dalam percobaanya Davisson dan
Germer secara bebas meyakinkan hipotesis de Broglie dengan menunjukan berkas
elektron terdifraksi bila berkas itu dihamburkan oleh kisi atom yang teratur
dari suatu kristal.
Davisson dan Germer mempelajari elektron yang
terhambur oleh zat padat dengan memakai peralatan seperti di bawah ini.
Di tengah-tengah
percobaan tersebut terjadi suatu peristiwa yang memungkinkan udara masuk ke
dalam peralatannya dan mengoksidasi permukaan logam. Menguasai oksida nikel
murni, target itu dipanggang dalam oven bertemperatur tinggi. Setelah perlakuan
itu, targetnya dikembalikan ke dalam peralatan dan dilakukan pengukuran lagi.
Sekarang ternyata hasilnya sangat berbeda dari sebelum peristiwa itu terjadi :
sebagai ganti dari variasi yang malar (continue) dari intensitas
elektron yang tehambur terhadap sudut, timbul maksimum dan minimum yang jelas
teramati, kedudukannya bergantung dari energi elektron. Giancoli
C.Douglas(2001:433)
Hipotesa de
Broglie mendorong tafsiran bahwa gelombang elektron didifraksikan oleh target
sama seperti sinar x didifraksikan oleh bidang–bidang atom dalam kristal.
Tafsiran ini mendapat dukungan setelah disadari bahwa efek pemanasan sebuah
blok nikel pada temperatur tinggi menyebabkan kristal individual kecil yang
membangun blok tersebut bergabung menjadi kristal tunggal yang besar yang
atom-atomnya tersusun dalam kisi yang teratur.
Untuk
membuktikan bahwa hipotesa de Broglie penyebab dari hasil davisson dan germer,
pada suatu percobaan tertentu berkas elektron 54eV diarahkan tegak lurus pada
target nikel, dan maksimum yang tajam dalam distribusi elektron terjadi pada
sudut 500 dari berkas semula. Sudut datang dan sudut hambur relatif terhadap
suatu keluarga bidang (tersusun atas berkas elektron, bidang dan sudut) bragg
ditunjukkan dalam gambar 1 keduanya bersudut 650. Jarak antara bidang dalam
keluarga bidang yang bisa diukur melalui difraksi sinar x adalah 0,091 nm
persamaan bragg untuk maksimum dalam pola difraksi. Giancoli C.Douglas(2001:
435)
Panjang
gelombang yang dihitung sesuai dengan panjang gelombang yang diamati. Jadi
eksperimen Davisson dan Germer menunjukkan bukti langsung dari Hipotesis de
Broglie tentang sifat gelombang benda bergerak. Analisis eksperimen
Davisson-Germer sebenarnya tidak langsung seperti yang ditunjukkan di atas
karena energi elektron bertambah ketika elektron itu masuk ke dalam kristal
dengan besar yang sama dengan besar fungsi kerja (work function)
permukaan itu. Jadi kecepatan elektron dalam eksperimen lebih besar dalam
kristal dan panjang gelombang de Broglie yang bersangkutan menjadi lebih kecil
dari harga di luar kristal.
Komplikasi
lainnya timbul dari inferensi antara gelombang yang didifraksikan oleh keluarga
lain dari bidang bragg yang membatasi terjadinya maksimum dan minimum menjadi
hanya kombinasi tertentu dari energy elektron dari sudut pandang sebagai
pengganti dari setiap kombinasi yang memenuhi persamaan Bragg. Ronal
Cautreau dan William Savin (2006:121)
Bentuk kisi
yang dapat mendifraksikan elektron yaitu kisi yang memiliki keteraturan dan
tersusun secara periodik, seperti halnya kisi pada kristal. Berkas sinar
monokromatik yang jatuh pada sebuah kristal akan dihamburkan ke segala arah,
akan tetapi karena keteraturan letak atom-atom, pada arah tertentu gelombang
hambur itu akan berinterferensi konstruktif sedangkan yang lainnya
berinterferensi destruktif. Syarat terjadinya difraksi adalah apabila panjang
gelombang sinar sama dengan lebar celah/kisi difraksi.
Seperti yang
telah kita ketahui sebelumnya, bahwa perilaku gelombang ditunjukkan oleh
beberapa gejala fisis, seperti interferensi dan difraksi. Namun manifestasi
gelombang yang tidak mempunyai analogi dalam perilaku partikel newtonian adalah
gejala difraksi.
Pada tahun
1927 Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G. P. Thompson di Inggris
secara bebas meyakinkan hipotesis de Broglie dengan menunjukkan berkas elektron
terdifraksi bila berkas itu dihamburkan oleh kisi atom yang teratur dari suatu
kristal.
Davisson dan
Germer mempelajari elektron yang terhambur oleh kristal dengan menggunakan
peralatan seperti pada gambar 1. Energi elektron dalam berkas primer, sudut
jatuhnya pada target, dan kedudukan detektor dapat diubah-ubah. Fisika klasik
meramalkan bahwa elektron yang terhambur akan muncul dalam berbagai arah,
dengan hanya sedikit kebergantungan dari intensitas terhadap sudut hambur dan
lebih sedikit lagi dari energi elektron primer. Dengan memakai blok nikel
sebagai target, Davisson dan Germer membuktikan ramalannya. Ronal Cautreau dan William
Savin (2006:123)
Gambar 1
3. Eksperimen Davisson – Germer
Hipotesis de
Broglie mendorong tafsiran bahwa gelombang elektron didifraksikan oleh target
sama seperti sinar X didifraksikan oleh bidang-bidang atom dalam kristal. Dari
beberapa percobaan yang dilakukan pada akhirnya terbukti bahwa eksperimen
Davisson dan Germer merupakan bukti langsung dari hipotesis de Broglie mengenai
sifat gelombang benda bergerak.
Komplikasi
lainnya timbul dari interferensi antara gelombang yang didifraksi oleh keluarga
lain dari bidang Bragg yang membatasi terjadinya maksimum dan minimum yang
menjadi hanya kombinasi tertentu dari energi elektron dan sudut datang sebagai
pengganti dari setiap kombinasi yang memenuhi persamaan Bragg : Giancoli
C.Douglas(2001:435)
Gambar 2
Beda
lintasan, D = AB + BC = d sin q + d sin q = 2d sin q
k
= 2p/l ; d = dhkl
maka Rumus
difraksi Bragg
2dhkl
sin q = nl
Percobaan di
atas juga dapat dijabarkan dalam gambar sederhana di bawah ini
Rumus
difraksi Bragg :
Karena q
sangat kecil maka :
sehingga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar